MENAKAR
EKSISTENSI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF DALAM GERAKAN NON BLOK ERA
SBY
Di
susun oleh :
1. Winda
Trisaputri 20120510113
2. Febyan
Arum Sari 20120510129
3. Muhammad
Hizbul Wathon 20120510318
4. Dwi
Suwartiyani 20120510233
5. Wulanndari
Tri Kusumaningsih 20120510265
6. Rahayu
Devita 20120510272
JURUSAN
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
UNIVERSITAS
MUHAMMADYAH YOGYAKARTA
JL.
Lingkar Selatan, Tamantirto Kasihan, Bantul
PENDAHULUAN
Indonesia
mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, yang ditandai
dengan pembacaan Teks Proklamasi oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno.Dan kemudian menyusul dibuatnya Ideologi Pancasila dan
UUD 1945 yang mana
menjadi jati
diri bangsa Indonesia.Kemerdekaan yang diraih Indonesia adalah murni atas
perjuangan rakyat Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia perlu
adanya pengakuan dari negara lain atas kedaulatan yang di miliki Indonesia,
pengakuan bahwa Indonesia sudah berdiri dan siap untuk bergabung dalam
komunitas internasional.
Dengan bergabung dengan
komunitas internasional,secara otomatis Indonesia harus mempunyai Politik Luar
Negeri, dimana politik luar negeri adalah strategi atau rangkaian kegiatan,
tindakan dari suatu negara ke negara lain atau entitas internasional, ditujukan
untuk meraih tujuan yang spesifik yang terdefinisi intern bagi kepentingan
nasional. Sebagai negara yang baru merdeka dari penjajahan,
Indonesia menjadi lebih hati-hati dalam penentuan politik luar negerinya. Selain itu kemerdekaan
Indonesia yang dibarengi dengan berakhirnya PD II yang sekaligus membentuk konstalasi dunia politik menjadi dua kubu yaitu Blok
Barat (AS) dan Blok Timur (Uni Soviet).Sementara negara-negara sibuk dengan berlomba memilih
aliansi, Indonesia disibukkan dengan mempertahankan kemerdekaan atas penjajahan.
Pasca kemerdekaan,Indonesia masih menjadi incaran Belanda yang ingin kembali menjajah, oleh
karena itu Indonesia mengambil
langkah tegas untuk menjadikan Politik Luar Negeri Indonesia menjadi Bebas
Aktif, dikarenakan Indonesia (Hatta dan Syahrir) tidak ingin Indonesia dikuasai
komunis lagi dan kolonialisasi benar-benar dihilangkan dari Indonesia.
Kedaulatan menjadikan Indonesia bebas memilih jalan dalam perpolitikan dunia
saat itu. Indonesia mencoba untuk berdiri di tengah-tengah (di antara dua
karang) dengan tidak memihak AS maupun Soviet. Karena jika memihak salah
satunya akan melunturkan semangat dan makna dari ‘bebas’ itu sendiri. Ini
tampak bahwa Indonesia memprakarsai pembentukan Gerakan Non-Blok (GNB).
ISI
1. Implementasi PLNRI Bebas Aktif dari
masa ke masa
·
Orde lama
Paska
kemerdekaan,RI dihadapkan dengan berbagai macam masalah nasional maupun
internasional dimana RI dihadapkan pada agresi Belanda yang ingin kembali
menguasai Indonesia dan perang dingin antara AS dan Uni Soviet dimana
masing-masing kubu ingin menguasai Indonesia.
Hal
inilah yang melatar belakangi Bung Hatta untuk
merumuskan PLN-RI ‘bebas-aktif’
yang tertuang dalam bukunya yg berjudul “mendayung diantara dua
karang”.Dimana bebas artinya tidak memilih atau berpihak pada salah satu kubu
tersebut dan bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk berkontribusi menjaga
perdamaian dunia dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada dua kubu
besar tersebut.
Politik luar negeri bebas aktif
Indonesia diwujudkan dengan ikut memprakarsai
diadakannya Konferensi Asia-Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada
tanggal 18-24 April 1955 dan menghasilkan “dasa sila bandung” yang menjadi cikal bakal terbentuknya GNB dimana
Negara-negara dunia ke-3 berhak menentukan nasibnya sendiri dan tidak ingin
ikut campur dalam perang ideologi antara blok barat dan timur. Ketika KTT
GNB ke-I menghasilkan keputusan,Presiden Soekarno ditunjuk sebagai duta untuk
menyampaikan keputusan KTT non blok I kepada Presiden Amerika serikat John F.
Kennedi.
Namun
dibawah pemerintahan Soekarno,seiring dengan berjalannya waktu politik bebas
aktif belum dapat berjalan dengan baik dikarenakan Soekarno lebih cenderung
beraliansi dengan komunis.Hal ini dapat dilihat dengan adanya Poros
Jakarta-Peking (Jakarta-Pyongyang-Hanoi- Peking).Selain itu Sukarno lebih
berpihak kepada partai Komunis. Dan juga adanya sejumlah monument persahabatan
yang ada di berbagai wilayah indonesia seperti Stadion
Utama Gelora Bung Karno (SUGBK),Pabrik Baja Krakatau Steel dan jalan raya di
Kalimantan dari Palangkaraya ke Sampit.
·
Orde baru
Pada
era kepemimpinan Suharto,Indonesia pernah menjadi ketua sekaligus penyelenggara
pada KTT ke-10 GNB di Jakarta tahun 1992. Suharto diangkat sebagai ketua GNB
pada 1992-1995.
KTT
GNB ke-10 yang berlangsung pada tanggal 1 – 7 September 1992 di Jakarta dan
Bogor yang menghasilkan “Jakarta Message”. Indonesia memberi warna baru pada
gerakan ini. Antara lain,menjawab sebagian besar ketidakpastian
dan keragu-raguan mengenai peran dan masa depan GNB dengan berakhirnya system
bipolar.
Juga
dengan meletakkan titik berat kerjasama pada pembangunan ekonomi dengan
menghidupkan kembali dialog Selatan-Selatan.
Didalam“Pesan
Jakarta” terdapat PLN-RI “Bebas-aktif” pada visi GNB yaitu :
·
Hilangnya
keraguan sementara anggota khususnya mengenai relevansi GNB setelah berakhirnya
Preang Dingin dan ketetapanhati untuk meningkatkan kerjasama yang konstruktif
serta sebagai komponen integral dalam “arus utama” (mainstream) hubungan
internasional.
·
Arah
GNB yang lebih menekankan pada kerjasama ekonomi internasional dalam mengisi
kemerdekaan yang telah berhasil dicapai melalui cara-cara politik yang menjadi
ciri menonjol perjuangan GNB sebelumnya.
·
Adanya
kesadaran untuk semakin meningkatkan potensi ekonomi negara-negara anggota
melalui peningkatan kerjasama Selatan-Selatan.
Walaupun
pada kepemimpinan Suharto PLN-RI “
bebas-aktif” lebih mengedepankan kepentingan ekonomi, tetapi politik dan
keamanan negara-negara sekitar tetap menjadi perhatian. Dengan profil
positifnya selama ini, Indonesia dipercaya untuk turut menyelesaikan berbagai
konflik regional, antara lain : Kamboja, gerakan separatis Moro di Filipina dan
sengketa di Laut Cina Selatan.
Konflik
Kamboja mereda setelah serangkaian pembicaraan Jakarta Informal Meeting (I
& II) serta Pertemuan Paris yang disponsori antara lain oleh Indonesia.
Setelah KTT Jakarta, GNB dapat dikatakan telah
memperoleh kembali kekuatan dan keteguhannya serta kejelasan akan
tujuan-tujuannya yang murni.
Selama
mengemban kepemimpinan GNB, Indonesia telah melakukan upaya-upaya penting dalam
meningkatkan kerjasama Selatan-Selatan, menghidupkan kembali dialog
Utara-Selatan dan berupaya untuk penghapusan hutang Negara-negara berkembang
serta memperjuangkan revitalisasi dan restrukturisasi PBB. Demikian pula,
Indonesia telah berhasil membawa GNB kearah pendekatan baru berupa kemitraan,
dialog dan kerjasama dengan meninggalkan sikap konfrontasi serta retorika.
Dengan pendekatan baru itu, GNB mampu berkiprah secara konstruktif dalam
percaturan dunia, terutama dalam interaksinya dengan Negara-negara maju dan
organisasi/lembaga internasional.
Dalam
bidang ekonomi, selama menjadi Ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah
mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin baik
pada kesempatan dialog dengan Ketua G-7 maupun dengan menyelenggarakan
Pertemuan Tingkat Menteri GNB mengenai Hutang dan Pembangunan yang
diselenggarakan di Jakarta pada bulan Agustus 1994 serta berbagai seminar
mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
Dari
upaya-upaya tersebut telah dicapai beberapa kemajuan yaitu antara lain telah
disepakatinya upaya untuk melakukan pengurangan substansial terhadap hutang
bilateral. Sedangkan untuk hutang multilateral, dimana lembaga Bretton Woods
semula enggan untuk membahasnya, pada akhirnya telah mendapatkan perhatian Bank
Dunia dan Dana Moneter Internasional dengan diluncurkannya Prakarsa HIPCs
(Heavily Indebted Poor Countries); Peningkatan Fasilitas Penyesuaian Struktural
(Enhanced Structural Adjustment Facility) dan pembentukan Dana Perwalian oleh
Bank Dunia serta komitmen negara-negara Paris Club bagi penyelesaian hutang
bilateral dengan menaikkan tingkat pengurangan beban hutang dari 67% menjadi 80%.
Hal ini merupakan suatu keberhasilan upaya GNB dalam kerangka memerangi
kemiskinan.
Dalam
kerangka GNB, Indonesia berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan
bekas Yugoslavia pada tahun 1991 selain itu juga memberikan andil yang cukup
signifikan dalam membantu upaya-upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Bosnia
Herzegovina dengan menyumbang sebesar US$ 8,075 juta, termasuk bantuan rakyat
Indonesia melalui Majelis Ulama Indonesia sebesar US$ 3 juta.
Melalui
pendekatan baru yang dikembangkan sewaktu Indonesia menjadi Ketua, GNB telah
berhasil mengubah sikap negara-negara anggota GNB tertentu yang pada intinya
menerapkan standard ganda terhadap lembaga Bretton Woods. Disatu pihak secara
bilateral negara-negara anggota GNB termasuk ingin memanfaatkan dana yang
tersedia dari Bretton Woods, tetapi secara politis menunjukkan sikap apriori
terhadap Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional. Seperti diketahui, bahwa
pengambilan keputusan pada lembaga Bretton Woods pada prinsipnya didasarkan
atas besarnya jumlah kekayaan anggota, dan ini dapat berarti selalu merugikan
kepentingan negara-negara berkembang. Namun sekarang, dapat dikatakan bahwa
telah terjalin hubungan yang baik dimana lembaga Bretton Woods telah mau
mendengarkan argumentasi dan mempertimbangkan usulan-usulan GNB.
·
Era reformasi
Pada masa pemerintahan I, B. J. Habibie1998-1999,peran PLN RI Bebas aktif
di GNB dapat terlihat dikarenakan masa pemerintahan yang singkat namun dengan
melihat tindakan –tindakan yang diambil beliau lebih cenderung ke barat.
Pada
Abdurrahman Wahid1999-2001,PLN RI tidak jelas arahnya,dan dalam bentuk
pengimplementasian PLN RI ia mengadakan kunjungan ke berbagai Negara dengan
tujuan memperbaiki citra Indonesia,Dalam GNB sendiri,politik bebas aktif tidak
terlihat implementasi ataupun perannya pada era ini.
Para masa Megawati Sukarno Putri,implementasi politik bebas aktif pada
GNB dapat terlihat dengan ditentangnya perang Amerika-Iraq dimana Indonesia dan
Negara-negara anggota lainnya kompak mengeluarkan suatu resolusi yang secara tegas menyatakan
penolakan (condemn) terhadap rencana serangan AS tersebut.pada KTT Gerakan Non
Blok ke-13 di Kuala Lumpur.
Selain
itu pada 2 Juni 2002 Menlu RI bersama delegasi tingkat menteri Komite Palestina
GNB berkunjung ke Palestina sebagai
ekspresi solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina yang tengah
menghadapi kepungan pasukan Israel di Ramallah. Selain itu, Indonesia juga
turut berperan aktif dalam membantu upaya-upaya penyelesaian masalah lainnya
seperti Irak, Afghanistan dan Semenanjung Korea.
Namun
secara garis besar,pengimplementasian “Bebas-Aktif” di Era Presiden Megawati
belum maksimal pada GNB dikarenakan peranan yang dimainkan RI pada PLN yang
sangat sedikit.
Pada
era SBY (2004-2014) ,peran PLN-RI “Bebas-Aktif dimulai dengan peran ke- setrukturan saat
menjadi ketua NAM CSSTC (Non-Aligned Movement Center for South-South
Technical Cooperation) di Jakarta dan pelopor kemitraan strategis baru
Asia-Afrika melalui KAA 2005. Indonesia juga menjadi ketua Working Group on Disarmament
di GNB dan berperan aktif dalam isu pelucutan senjata internasional termasuk
penghapusan senjata nuklir.
Dan
pada 2011 SBY membuka secara resmi konfrensi tingkat mentri (KTM) GNB ke-16 di Nusa dua Bali yang berlangsung
pada 23-27 Mei.Materi yang dibahas pada KTM ini khusus membahas mengenai
kemerdekaan Palestina dan pada pertemuan peringatan 50 tahun GNB yang
diselenggarakan di Beograd,Serbia pada 5-6 September 2011 mentri luar negeri
Indonesia kembali menyampaikan tiga visi yang disampaikan SBY pada pertemuan
pembuka di Bali yaitu :
·
Agar GNB menjadi contributor bagi
perdamaian dan keamanan internasional
·
GNB menjadi contributor kemajuan politik
dan demokrasi
·
GNB harus menjadi contributor bagi
peningkatan kemakmuran dunia
Dalam
pemerintahan RI era SBY implementasi PLN-RI “bebas-aktif” masih terlihat dan
digunakan.
2.Peluang
dan tantangan Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif dalam Gerakan Non Blok
era SBY
Presiden
Indonesia pertama yang dipilih secara demokrasi adalah Susilo Bambang
Yudhoyono, yakni presiden terpilih untuk periode 2004-2009, yang kemudian kembali maju untuk PEMILU tahun
2009 dan kembali terpilih untuk periode
2009-2014. Jenderal TNI (Purn ) Susilo Bambang Yudhoyono memulai karir
politiknya pada tahun 2007 sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada
pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY pun terpaksa
meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat
Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan
melantiknya menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong-Royong. Tetapi pada 11 Maret
2004, beliau memilih mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah
pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan
mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Yang akhirnya, pada pemilu Presiden langsung
putaran kedua 20 September 2004, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih
kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di attas 60
persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 beliau dilantik menjadi Presiden RI
ke-6.
Berlatar
belakang partai yang mengusung demokrasi yakni Partai Demokrat, SBY terkenal
sebagai Presiden Indonesia yang gemar menyerukan demokrasi Indonesia ke
negara-negara lain. Kebebasan Pers yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu
amunisi yang selalu digaungkan SBY kepada negara lain. Dalam masa SBY,
Indonesia juga dikenal menggunakan Diplomacy Multifungsi/ Diplomacy Multitrack,
yakni SBY mendefinisikan diplomacy dalam arti luas baik dari segi aktor,
sasaran dan konteksnya.Politik Luar Negeri Bebas Aktif yang juga mengalami
redefinisasi pada masa ini pun menggambarkan keberagaman diplomasi yang diusung
oleh SBY. Prinsip Bebas Aktif yang dimiliki Indonesia ini menurut SBY tidak menjadikan
Indonesia tidak berani bersikap. Sebaliknya dengan prinsip seperti itu
Indonesia berjuang sebagai pelopor membebaskan
bangsa-bangsa dari segala macam penjajahan dan aktif mendorong
mewujudkan tata dunia baru yang menjunjung tinggi peri kemanusiaan dan
perikeadilan. Bebas yang diartikan SBY adalah bebas untuk bergaul dengan negara
mana saja tanpa pandang bulu, sedangkan Aktif sendiri diartikan beliau sebagai
turut serta mendorong upaya damai dunia internasional. Ini juga lebih nyata
ketika SBY menyatakan istilah Politik Luar Negeri Indonesia menjadi “thausands friends,zero enemy”.
Namun
tampaknya pro dan kontra atas kepemimpinan SBY selalu mengiringi perjalanan 2
periode kepresidenan SBY. Sikap SBY yang dinilai kurang tegas dalam mengambil keputusan sering mengundang kontra antar masyarakat, jiwa seni
yang dimiliki SBY menciptakan penilaian tersendiri dari kaca mata rakyat
menambah daftar keunikan tersendiri dari SBY.
Kepribadian
SBY tidak bisa kita simpulkan hanya dengan memandangnya dalam suatu tindakan,
karena pada realitasnya SBY telah membawa Indonesia mendapat pengakuan
internasional bahwa Indonesia bukan lagi negara Demokrasi Transisi, namun telah
melewati masa transisinya.
Peluang Politik Luar Negeri Bebas
Aktif Indonesia di Gerakan Non Blok era SBY
Politik
Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia adalah suatu pencerminan dari bangsa
Indonesia, politik luar negeri Indonesia yang pada awal kemerdekaan berdasar
pada national interest yakni ditujukan pada
Pencapaian National Wellbeing (Kesejahteraan Nasional) dan juga The Pursuit of Power sebagai kekuatan untuk melindungi
keamanan nasional terus berkembang mengikuti perubahan dunia internasional.
Seiring dengan berjalannya waktu,
Indonesia mengalami
transisi kearah demokrasi dan globalisasi internasional yang mana telah menyediakan peluang
tersendiri bagi Politik Luar Negeri Indonesia “Bebas Aktif” dalam
Gerakan Non Blok,diantaranya
:
·
Peluang di bidang politik
Tujuan utama dibentuknya Gerakan
Non Blok adalah untuk
menciptakan perdamaian dunia, dimana dunia pada saat itu sedang mengalami pembagian
konstalasi politik menjadi dua kubu besar yang dikenal dengan Blok Timur (AS)
dan Blok Barat (Soviet). Hadirnya Gerakan Non Blok diharapkan bisa menjadi
penyelesaian untuk perang dingin tersebut, perang dingin berubah menjadi
reformasi atau penataan kembali. Dengan adanya reformasi ini ketegangan antar
Blok Barat dan Blok Timur menjadi berkuarang, bahkan sekarang kedua blok besar
tersebut telah hilang termakan zaman. Bagi Gerakan Non
Blok,walaupun perang dingin sudah selesai namun GNB tetap menjaga eksistensinya dan
bahkan melebarkan sayapnya, bukan hanya masalah pertahanan saja namun juga
mengarah pada masalah
politik.
Kedudukan
Indonesia sebagai pemrakarsa dan anggota Gerakan Non Blok menciptakan peluang
tersendiri bagi Indonesia dalam hal politik. Dengan dasar sebagai pemrakarsa Gerakan Non
Blok, Indonesia mengusulkan agar Gerakan Non Blok menjadi net contibrutor untuk
pembangunan politik dunia, yakni dengan cara promosi demokrasi dan good
governance. Dengan keyakinan Indonesia bahwa gelombang demokratisasi masa
sekarang ini sangat berkembang pesat dan Gerakan Non Blok adalah kekuatan
global yang diharapkan peka terhadap panggilan demokrasi, mengingat banyaknya
anggota Gerakan Non Blok saat ini
yang mana GNB dapat bergandengan tangan dengan unsur-unsur
internasional lainnya,
Indonesia yakin ini akan memperkuat penghormatan terhadap nilai-nilai
demokrasi.
Dengan
keadaan seperti
ini,Indonesia
akan lebih mudah untuk mempromosikan demokrasi Indonesia di mata perpolitikan dunia.
·
Peluang di bidang ekonomi
Kerjasama
antara dunia ketiga atau antara selatan dan selatan adalah istilah lain dari
Gerakan Non Blok. Yang kemudian tidak bisa dipungkiri bahwa para anggotanya
sebagian besar merupakan negara berkembang atau belum termasuk Negara maju.
Namun dengan adanya Gerakan Non Blok ini negara-negara dunia ketiga dapat menjadi suatu kekuatan global yang mana dapat berpikir pragmatis untuk
kemajuan bersama para anggotanya.
Dengan tidak menghilangkan esensi awal pembentukan Gerakan Non Blok.Sebagai hasilnya anggota Gerakan
Non Blok sekarang mulai menikmati kerjasama antar anggota Gerakan Non Blok di
bidang ekonomi.
Bergabungnya
Rusia kedalam GNB menjadi peluang tersendiri bagi negara-negara anggota GNB
yang masih tergolong negara
berkembang. Partisipasi Indonesia selama ini di GNB atas dasar kebijakan luar
negeri yang independen dan kebijakan ekonomi yang pragmatis ternyata berdampak
menguntungkan. Sebab, bersama India, Singapura, Malaysia, Pakistan, Iran,
Mesir, Afrika Selatan dan Chile, Indonesia berhasil menjalin kerjasama dengan
mengekspor barang ke Rusia dan bekerja sama juga di bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan.
·
Peluang di bidang seni dan budaya
Kebijakan
luar negeri Indonesia yang berteman atau berhubungan dengan negara mana saja
tanpa pandang bulu ini juga diterapkan dalam GNB oleh Indonesia. Keramahan dan
kesantunan yang menjadi ciri khas Indonesia pun menjadi daya tarik tersendiri
bagi negara lain ke Indonesia. Keluwesan diplomasi multifungsi yang diusung SBY
pun memberi peluang Indonesia dalam mempermudah promosi sumber daya alam yang
ada di Indonesia. Sehingga Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan seni
dan budayanya. Dengan begitu pariwisata akan meningkat dan Indonesia lambat
laun menjadi tujuan pariwisata internasional.
Tantangan Politik Luar Negeri Bebas
Aktif Indonesia dalam Gerakan Non Blok era SBY
·
Tantangan di bidang politik
Dunia
internasional sudah tidak asing lagi dengan negara adidaya, atau negara-negara
maju baik secara fisik maupun ideologinya. Sebagai negara yang mempunyai
politik luar negeri yang bebas dan aktif,hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi Indonesia. Menyesuaikan perkembangan zaman yang memaksa Indonesia terus
memperbaiki sistem perpolitikannya, baik dalam maupun luar negeri membuat
Indonesia lebih dilematis. Bagaimanapun negara-negara adidaya itu patut
dijadikan kiblat perbaikan sistem perpolitikan.
Dalam
keadaan ini, Indonesia harus satu paham tentang arti bebas dan aktif politik
luar negeri Indonesia. Agar tetap pada esensi yang dimaksudkan dari Bebas dan
Aktif itu sendiri. Mengingat salah satu raksasa dunia (Rusia) bergabung dengan
GNB.
·
Tantangan di bidang ekonomi
Kemiskinan,
kesenjangan, pengangguran yang terdapat dalam negara-negara anggota tampaknya
menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi GNB yang dari dulu sampai sekarang
belum teratasi. Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif Indonesia pun kurang
berpengaruh dalam hal ini. Serta daftar hutang negara-negara anggota GNB yang
banyak juga menambah tantangan bagi GNB. Dengan negara yang menganut asas
demokrasi dan kebijakan luar negeri yang bebas aktif seharusnya Indonesia mampu
menjawab tantangan ini, tinggal bagaimana Indonesia memaksimalkan politik luar
negerinya.
PENUTUP
Kesimpulan
Gerakan
Non Blok sebagai suatu organisasi yang terbentuk dengan tujuan perdamaian dunia
pada awalnya kini telah mengembangkan sayap fokusnya menjadi lebih lebar
sehingga menarik perhatian dunia. Indonesia sebagai salah satu pemrakarsanya
masih eksis dengan politik luar negeri bebas aktif yang senantiasa berjalan
beriringan dengan tujuan awal Gerakan Non Blok. Bahkan pengaruh yang diberikan
Indonesia ke GNB tidaklah sedikit, meskipun sekarang Indonesia tidak lagi menjabat
sebagai Ketua GNB namun tidak berarti bahwa penanganan oleh Indonesia terhadap
berbagai permasalahan penting GNB akan berhenti atau mengendur. Sebagai anggota
GNB, Indonesia tetap berupaya
menyumbangkan peranannya untuk kemajuan GNB dimasa yang akan datang dengan
mengoptimalkan pengalaman yang telah didapat selama menjadi Ketua GNB dimana Indonesia
selalu mengusulkan dalam KTT kemajuan Ekonomi, penghapusan penjajahan, dan
kemurnia GNB tetap dipertahankan.
Sesuai
dengan arti politik luar negeri yakni sebagai implementasi kepentingan
nasional, Indonesia dengan Politik Luar Negeri Bebas-Aktif menjadikan GNB
sebagai wadah pengimplementasian. Dan hingga saat ini Politik Luar Negeri Bebas
Aktif masih tetap eksis dalam Gerakan Non Blok.
DAFTAR PUSTAKA
M.
Anwar Djumadi, Politik Luar Negeri
Indonesia Menggalang Kerjasama Selatan
dan Selatan,ADITYA MEDIA,YOGYAKARTA,1994
Kaelan,
Pendidikan Pancasila,
PARADIGMA,YOGYAKARTA,2010
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/138-juni-2011/1134-gnb-dan-tantangan-kemiskinan.html
POLITIK
LUAR NEGERI INDONESIA/Periodisasi Politik Luar Negeri Indonesia dari Masa Orde
Lama hingga Masa Reformasi.htm
Perbandingan
Kebijakan Luar Negeri Soekarno dan Soeharto
Seni Berpikir.htm
POLITIK
LUAR NEGERI INDONESIA/peluang indooo.htm
Lucky Club Casino Site - Win big at Lucky Club
BalasHapusLucky Club Casino is offering the best in online casino games with a luckyclub.live huge range of exciting games including Slots, Blackjack and Baccarat.